Sabtu, 29 Desember 2012

Mbah Bejo, ya namanya mbah Bejo...


Trenggalek Caping Gunung Pawarta - Tapi dia tidak seberuntung namanya. Tergolek lemas di dipan pembaringan rumahnya yang reyot.
Sakit selain karena usia juga karena totalitasnya waktu membela banteng ngamuk. Lho? Kok...
Dulu, pasca reformasi ketika Partai Dengan Ideologi Peodal (PeDeIPe) menancapkan kakinya di kadipaten Gaplek, mbah Bejo sebagai orang kecil yang pengin berbakti pada bangsa dan negara lebih memilih PeDeIPe sebagai tempatnya menyalurkan aspirasi. Tidak hanya sekedar ngikut, tapi total...
Mbah Bejo dan wong cilik lainnya mempertaruhkan darah dan keringat demi kebesaran partai. Mulai jaman kang Tardjiyo yang fenomenal hingga Seniman Dakkar Padas. Dia tidak peduli, alih kepemimpinan itu lewat suksesi atau kudeta dengan sekian intrik yang menyertai. Wong yang dibela partainya,bukan oknumnya....
Hari ini mbah Bejo ngundang Sastro dkk untuk datang ke rumah reyotnya.
“Yo ngene iki,le rumah Simbah....sederhana cenderung hancur,tanpa bintang atau piagam penghargaan...” Pamer mbah Bejo.
Sastro mengangguk,tanpa sepatah kata. Anggukan yang multitafsir dengan segudang tanda tanya.
“Dengar-dengar ketua partai simbah terkena kasus hukum,ya?”
Kali ini Sastro mengangguk tapi penuh ketegasan.
“Simbah ini sudah mengabdi pada partai puluhan tahun sejak namanya tidak pakai huruf Pe...le. Prihatin mendengar kasus itu.”
“Betul,mbah.Saya saja yang bukan aktifis partai juga ikut prihatin,mbah..Ketika status tersangka sudah mempunyai ketetapan hukum, tidak ada rasa penyesalan sedikitpun atau paling tidak mengadakan konferensi pers untuk non aktif atau mengundurkan diri hingga masalah usai. Malah show of force menunjukkan kalau dia masih punya status dan kekuasaan .” Sela Badrun.
“iyo,le...Jangankan mikir mundur le, lha wong lihat orang-orang seperti simbah saja dia tidak bisa menghargai kok...Belum pernah to sampean dengar, ketum membiayai pengobatan kader-kadernya yang sakit dan butuh biaya pengobatan tho.Mesthi yang sampean dengar khan selalu politik pencitraan dan golek rai,to?” Kata mbah Bejo setengah bertanya.
Sastro mengangguk. Lebih keras....
“Seharusnya dia sebagai orang yang dibesarkan partai mbok jangan hanya ngurusi nasibnya sendiri dengan mengorbankan kepentingan partai. Dipikir rakyat goblog,piye? Lha wong dikriminalisasi atau dipolitisasi, ki kalau tidak ada api tidak mungkin ada asap. Malah ini secara politik merugikan,partai...Seharusnya banteng muda ambil sikap, kalau perlu kudeta untuk menyelamatkan partai tahun 2014.” Mbah Bejo melepaskan uneg-uneg.
Sastro mengangguk. Sampai terguncang-guncang badannya.
“Kecewa le, aku kecewa....(bukan syair lagu,lho)....Aku dan kawulo cilik toh nyowo toh pati, eh partai malah dibuat jag-jag’an buat ambisi pribadi. Sifat adigang adigung adiguna...hanya akan jadi bumerang,le...”
Sastro mengangguk.Terlalu keras. JUNGKEL!!! Dan NDHLOSSSSOR nyungsep lantai....
“Le.....” Mbah Bejo teriak, sedang para mbambung mbingungi.
Koplakkk....

0 komentar:

Posting Komentar

Renungan

Potret

Entri Acak

Last Updated

Iklan5